NASEHAT IMAM SYAFI’I DALAM BERDEBAT
Sahabat,dewasa ini kita sering kali melihat atau bahkan menyaksikan langsung seseorang berdebat dengan orang kain untuk mencari kebenaran atau pembenaran ataupun hanya sekedar obrolan biasa yang pada akhirnya menjadi ajang keributan dikarenakan mereka meresa benar dengan pendapatnya dan tak menghargai pendapat orang lain.
Untuk itu,pada kesempatan ini saya sedikit memberikan ulasan yang Insya Allah bermanfaat untuk kita semua dalam menyampaikan argumen atau pendapat. Ulasan ini saya dapatkan dari akun facebook Ali Abdurahman Al Habsyi dan telah meminta izin kepada beliau. Imam Syafi’i adalah salah seorang imam besar yang banyak melakukan dialog dan pandai dalam berdebat. Sampai-sampai Harun bin Sa’id berakata : “Seandainya syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang yang pada aslinya terbuat dari besi adalah terbuat dari kayu,niscahya dia akan menang karena kepandaiannya dalam berdebat.”
Imam Syafi’i berkata : “Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan.” Lalu Ia berkata : “Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu. Tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil,karena orang yang jahil itu tidak pernah paham landasan ilmu.”
Oleh karenanya Imam Syafi’i menasehatkan : “Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu,maka sikap yang baik adalah diam tidak menanggapi. Apabila kamu melayani,maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya,maka ia akan selalu menyakiti.”
Imam Syafi’i juga menasehatkan : “Apabila ada orang bertanya kepadaku,”Jika ditantang oleh musuh,apakah engkau diam ?”,jawabku kepadanya : “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya. Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu juga diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan. Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ? sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia sering menggonggong ?”.
Nasehat Imam Syafi’i lainnya : “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek. Maka aku tidak ingin menjawabnya. Karena ia bertambah pandir dan aku bertambah lembut,seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wanginya.”
Nabi Muhammad Saw juga bersabda : “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah dibagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud dalam kitab Al-Adab,hadist no.4167)
Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak ada satu kaum yang tersesat setelah mendapat petunjuk,melainkan karena mereka suka berjidal.” Kemudian Rasul Saw. membaca ayat : وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلَۢاۚ بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ ٥٨ 58. Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.(QS. Az-Zukhruf[43]:58) (HR. At-Tirmidzi no.3253,Ibnu Majah dan Ahmad)
Imam Malik Rahimahullah berkata : “Berjidal adalah menghilangkan cahaya ilmu dan mengeraskan hati,serta menyebabkan permusuhan.”(Ibnu Rajab,Fadhlu Ilmi salaf’alal khalaf:35). Kesimpulannya yaitu perdebatan yang harus dihindari adalah perdebatan dengan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu. Firman Allah Ta’ala : يَٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلۡنَٰكَ خَلِيفَةٗ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱحۡكُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلۡهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدُۢ بِمَا نَسُواْ يَوۡمَ ٱلۡحِسَابِ ٢٦ 26. Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.(QS. Shaad[38]:26)
قُلۡ إِنِّي نُهِيتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱلَّذِينَ تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِۚ قُل لَّآ أَتَّبِعُ أَهۡوَآءَكُمۡ قَدۡ ضَلَلۡتُ إِذٗا وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦ 56. Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk."(QS. Al-An’Aam[6]:56)
Ciri-ciri orang yang berdebat dengan hawa nafsu adalah :
1. Suka mencerca dengan kata-kata jelek atau mencela Rasulullah Saw bersaba : “Mencela seorang mukmin adalah kefasikan,dan membunuhnya adalah kekufuran.”(HR. Muslim) Orang fasik adalah orang yang secara sadar melanggar larangan atau hukum agama. Sebagaimana yang disampaikan dalam firman Allah Ta’ala yang artinya:”(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.”(QS.Al-Baqarah[2]:27)
Bagi mereka yang fasik,tempat mereka adalah neraka jahannam. Firman Allah Ta’ala: وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فَسَقُواْ فَمَأۡوَىٰهُمُ ٱلنَّارُۖ كُلَّمَآ أَرَادُوٓاْ أَن يَخۡرُجُواْ مِنۡهَآ أُعِيدُواْ فِيهَا وَقِيلَ لَهُمۡ ذُوقُواْ عَذَابَ ٱلنَّارِ ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ٢٠ 20. Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya"(QS. As-Sajdah[32]:20)
2. Suka debar kusir
Debat kusir merupakan gabungan 2 suku kata,yaitu debat dan kusir. Kusir adalah orang yang mengemudikan delman. Sehinnga kalau orang yang mengemudikan delman berbicara,maka akan membelakangi penumpangnya atau paling tidak menyamping. Jadi debat kusir adalah debat yang “membelakangi” pendapat teman debat sehingga debat tak ada ujung akhirnya atau debat yang tidak berguna atau debat yang tidak nyambung atau debat yang tidak disertai alasan yang masuk akal. Mereka sama sekali tidak menghargai pendapat teman debat dikarenakan mereka beranggapan atau berprasangka bahwa pendapat teman debat betentangan dengan ulama salafus shalih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas masukan dan komentar anda.