Segala puji hanya milik Allah Swt,Tuhan semesta alam. Shalawat berserta salam semoga selalu teriring kepada Pemimpin kami,penghulu para Nabi dan Rasul,Al-Musthofa Rasulillah Muhammad saw. Beserta keluarga,para sahabat,dan orang-orang yang selalu berada didalam sunah Beliau saw.
Sahabat,berikut adalah sebuah penjelasan dari Habib Umar Bin Hafidz dalam buku yang berjudul “Habib Umar bin Hafizh menjawab” yang diterbitkan oleh penerbit putera bumi. Kali ini saya akan sedikit mencoba menulis tentang
HAKIKAT CINTA DAN RINDU KEPADA NABI SAW SERTA KEHIDUPAN PARA PECINTANYA
dengan sedikit editan namun Insya Allah tidak merusak isi dan maknanya.
Semoga apa yang beliau (Habib Umar bin Hafidz) terangkan berikut ini dapat menambah kecintaan kita kepada Rasul saw.Tak ada kehidupan kecuali kehidupan para pecinta. Rasa cinta kepada Kekasih Allah Swt. Telah menjadi buah bagi mata hati mereka. Ketika Nabi Saw,wafat,diantara mereka ada yang berkata,”Wahai Allah,butakan saja kedua mataku,agar aku tak dapat melihat siapapun setelah Nabi-Mu.” Ia merasa sedih karena berpisah dengan cahaya hidupnya. Rasa cinta kepada Nabi telah mempengaruhi kondisi,ucapan,dan perbuatan mereka,sehingga saat Nabi berpisah dengan mereka,maka mereka telah berada dalam cinta yang sangat kuat.
Kemanakah hilangnya ikatan iman yang kuat kepada Nabi pada umat di zaman ini ? Bagaimanakah kondisi para sahabat di Madinah saat mendengar kabar wafatnya Beliau Saw sampai kepada mereka ? Saat itu kondisi mereka di Madinah al-Munawaroh ada yang terdiam,bungkam seribu bahasa. Sebagian yang lain duduk lemah lunglai tak mampu berdiri. Dan sebagian yang lain berada dalam kondisi kebingungan hingga tak mampu berfikir lagi setelah kabar itu datang kepada mereka. Hingga Allah meneguhkan dan menentramkan hati beberapa diantara mereka. Diturunkan kepada mereka ketenangan,agar mereka dapat menyebarkan panji hidayah dan sunnah beliau Saw,sebagaimana disunnahkan kepada mereka yang hidup setelah Beliau Saw. Beliau Saw,sendiri menyebutkan,”Aku tinggalkan bagi kalian jalan lurus yang sangat terang. Malamnya tak berbeda dengan siangnya (maksudnya petunjuk yang jelas dan tak ada kebingunan di dalamnya),tak ada yang keluar dari jalan itu kecuali orang yang binasa.”
Kita tidak berbela sungkawa dengan rasa sesal,kecuali bagi mereka yang di dalam hatinya tak ada rasa rindu ingin berjumpa dengan Rasulullah Saw. Aku tak tahu,bagaimana makna iman dalam diri orang yang seperti ini ? lalu apakah pengaruh Al-Qur’an dalam dirinya ? padahal seharusnya makna iman adalah pondasi bagi tauhid yang di bangun di atasnya.
Bagi mereka (para sahabat) yang mendalami kalimat “Laa ilaaha illallah” dari junjungan kami Muhammad bin Abdullah Saw,hanya dengan mendengar kalimat itu dari beliau serta menjabat tangannya,maka hati mereka menjadi penuh dengan rindu kepada Nabi Saw. Saat itu cahaya Beliau Saw,masauk kedalam hati mereka,hingga mereka lebih mencintai tanah yang ada dibawah telapak kaki Beliau Saw yang mulia daripada rumah,anak,dan tanah air mereka sendiri.
Mereka telah menyatakan kecintaan itu,bahkan seseorang diantara mereka berkata kepada Nabi Saw,” Demi Allah,sebelum ini tak ada kota yang lebih kubenci daripada kotamu. Namun,sekarang kotamu lebih kucintai daripada kotaku.” Perkataan ini diucapkannya langsung setelah ia mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” yang meresap kedalam hatinya. Lalu tanah yang dibawah kaki junjungan kita Muhammad Saw,menjadi lebih dicintainya daripada kota,keluarga,dan anaknya. Inilah cahaya rindu dan cinta yang selalu.
Sesungguhnya ,persiapan kita untuk berjumpa dan menyaksikan Beliau Saw. hanya di hari-hari semasa hidup kita ini. Inilah persiapan untuk melihat wajah Beliau Saw. maka,hendaklah setiap orang diantara kita menghadirkan hatinya,serta membangkitkan di dalamnya rasa rindu,cinta dan , kepada Beliau Saw. hingga hakikat dari kesemuanya itu hidup dan berwujud dalam kehidupan kita seperti yang diucapkan oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi : “Aku hidup dalam kenikmatan dengan mengingat sang kekasih. Dengan mengingatnya,aku menjadi lapang di seluruh waktuku. Kelapangan dada seperti ini tak bisa didapat dengan duduk bersama manusia sambil mencicipi hidangan makanan,atau dirumah yang megah,atau menyetorkan harta di bank. Ini adalah kelapangan dada yang menakjubkan,dan jika manusia mencicipinya,maka manusia menjadi rendah dan tak berharga dimatanya”.
Jika kita kumpulkan kelezatan dunia ini,maka semua itu tidak dapat dibandingkan dengan waktu-waktu ketika merasakan lapangnya dada ini. Beliau (Habib Ali) mengatakan: “Aku hidup dalam kenikmatan dengan mengingat kekasihku. Kenikmatan apakah ini ? Apakah aku mengiranya seperti kenikmatan duniawi yang fana ini ? Ini adalah kenikmatan hati yang penuh ketenangan.” Allah Swt berfirman: “Dan orang-orang yang beriman dan menjadi tenang hatinya dengan mengingat Allah. Sungguh dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’du: 28) Kenikmatan inilah yang disebut dalam ucapan Habib Ali : ‘Aku hidup dalam kenikmatan dengan mengingat sang kekasih’,yaitu dalam mengingat kekasih Allah.
Sebaik-baik kehidupan adalah kehidupan mereka (para pecinta Saw). Semua menjadi bahagia melalui Beliau Saw. Jika kau meneliti kedudukan para wali,orang-orang yang mencapai keteguhan di sisi-Nya,dan para Nabi,maka kau akan mendapati kedudukan mereka semuanya berasal dari Nabi Saw. Semuanya kembali kepada lautan. Semua menjadi bahagia melalui Beliau Saw,bahkan kedudukan para malaikat sumbernya dari Beliau Saw. Maha Suci Allah,semuanya menjadi bahagia melalui Beliau Saw. Semoga Allah membahagiakan kita melalui Beliau Saw,seperti Dia membahagiakan mereka. Semoga Allah menjadikan kita makhluk yang paling bahagia melalui-Nya dan melalui Beliau Saw.
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata : “Adam dan para Nabi telah menjadi bahagia di dalam Ketentuan-Nya.”
Mereka mendapat bagian dari Allah,sebaik-baik bagian (yaitu Muhammad Saw) Pemberian dari Allah Maha Pemberi anugerah dan nikmat Dan aku mendapat banyak bagian itu wahai pecinta Sejak zaman azali telah ditentukan dan tertulis Rahasia semua itu terliputi dalam hikmah
Maha Suci Allah,sungguh bahagia mereka. Segala puji bagi-Mu atas bagian yang Kau limpahkan kepada mereka dan berikanlah kepada kami keuntungan mereka itu Yaa Allah.
Bagaimana mungkin makhluk ini dapat memahami pemberian Allah yang dilimpahkan kepada Nabi Saw,padahal mereka tidak mencapai derajat Beliau Saw ? siapakah diantara makhluk Allah yang hadir saat peristiwa mi’raj Beliau Saw ? disaat Jibril beerhenti tak mampu melanjutkan perjalanan,dan Nabi Saw terus naik,adakah makhluk lain yang hadir bersama Beliau Saw ? adakah yang mengetahui seperti apakah pemberian Allah yang diturunkan kepadanya Saw disaat itu ? adakah di antara kita yang berani mengatakan ‘aku hadir’ atau ‘aku melihat’ ? Itu adalah peristiwa yang dirahasiakan dari penduduk langit dan bumi. Disebutkan :
“Hadirat yang luas telah dikhususkan untuknya. Bagi mata yang melihat ini (Nabi Saw) dan telinga yang mendengar. Tak ada seorangpun yang menginginkan kedudukan ini yang mampu mwngungkap rahasia yang tersembunyi itu dan menyaksikan cahayanya. Itu adalah pertemuan yang diagungkan dari pengliahatan siapapun,dan kedudukan yang hanya diperuntukan bagi pemimpin para utusan (Nabi Saw). Sungguh beruntung hadirat Muhammad,atas pemberian dari hadirat Dzat yang Maha Esa yang dilimpahkan kepadanya,dan pencapaiannya menuju kepada kedudukan yang agung.” (Untaian kalimat dari Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam kitab maulid yang ditulisnya,Simthud-Duror)
Kita dapat mengetahui kenikmatan yang dirasakan oleh pecinta Beliau Saw. sewaktu di dunia,mereka sudah berada dalam kondisi yang terbaik di semesta ini. Setiap saat mereka menyaksikan hal-hal yang agung dan berada dalam keadaan yang membahagiakan. Mereka tinggal di dunia ini hanya karena ingin menjaga syariat Beliau Saw,dalam keadaan menunggu waktu yang indah,yaitu saat pintu dibukakan bagi mereka (kamatian) menuju kepada Beliau Saw. Hingga seseorang diantara mereka (Bilal saat sekarat) berkata,.’Esok aku akan berjumpa kekasihku,Muhammad dan pengikutnya’.
Marilah kita mengambil bagian dari warisan berharga ini. Mengambil bagian dari ikatan ini dan dari menghadapkan wajah kepadanya. Marilah kita memanfaatkan waktu malam,untuk bermunajat Kepada-Nya,dan mengisi majelis-majelis ilmu. Hingga diantara kita kelak akan bersyukur atas semua ini ketika berada di dalam kubur dan di hari kebangkitan. Marilah kita perbaharui taubat kita kepada Allah,dan memohon ampun dari dosa dan kesalahan yang memenuhi catatan amal kita. Jika kita memiliki kesungguhan terhadap Allah,maka kita pasti akan benar-benar bertaubat dari perbuatan maksiat. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas masukan dan komentar anda.